CILACAP--MI: Keberadaan seni batik tulis maos, Kabupaten Cilacap, hampir dilupakan lantaran kegiatan membatik membutuhkan kesabaran dan ketelitian sehingga saat ini jarang sekali masyarakat sekitar yang mau menekuninya.
"Dulu di sini ada sekitar 200 pembatik rumahan, tetapi sekarang hanya ada sekitar 40 orang," kata pembatik tulis maos, Saodah (50), di Cilacap, Minggu(14/9).
Menurut dia, seni batik tulis maos saat ini hanya ditekuni para wanita paruh baya di Desa Maos Lor dan Maos Kidul, Kecamatan Maos, Cilacap, lantaran generasi muda enggan menekuninya.
Ia mengatakan, hal tersebut disebabkan hasil yang diperoleh dari membatik secara ekonomis tidak menguntungkan sehingga generasi muda saat ini cenderung meninggalkan pekerjaan ini.
"Pekerjaan membatik, khususnya batik tulis membutuhkan ketelitian, kesabaran, dan jiwa seni karena memiliki tingkat kerumitan dan keindahan seni yang tinggi," katanya.
Menurut dia, untuk menghasilkan kain batik dengan motif rumit dan nilai seni tinggi pada selembar kain berukuran 2x1,1 meter membutuhkan waktu sekitar sebulan.
"Konon, seni batik dibawa kaum bangsawan yang datang ke Maos sekitar abad ke-18. Sejak saat itu, seni batik tulis yang dibawa ke sini mulai diperkenal dan hingga saat ini dikenal dengan batik tulis Maos," katanya.
Menurut dia, batik tulis yang dikembangkan di Maos dan sejumlah daerah seperti Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan Lasem memiliki ciri khas, filosofi, dan makna tersendiri.
Ia mengatakan, kekhasan batik tulis Maos yakni bermotif klasik dengan warna alami coklat, hitam, dan putih. (Ant/OL-02)
Inf:MediaIndonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar